1. Pengertian Analisis Laporan
Keuangan
Menurut Munawir (2010;35), analisis laporan keuangan adalah analisis
laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada
hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi
keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Harahap (2009:190), analisis laporan keuangan berarti menguraikan
akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat
hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu
dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif
dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting
dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Sedangkan menurut Sundjaja dan
Barlian (2001:37), analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan
perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu,
saat ini, dan kemungkinannya di masa depan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
analisis laporan keuangan merupakan proses untuk mempelajari data-data keuangan
agar dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui posisi keuangan, hasil
operasi dan perkembangan suatu perusahaan dengan cara mempelajari hubungan data
keuangan serta kecenderungannya terdapat dalam suatu laporan keuangan, sehingga
analisis laporan keuangan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan juga dalam melakukan
analisisnya tidak akan lepas dari peranan rasio-rasio laporan keuangan, dengan
melakukan analisis terhadap rasio-rasio keuangan akan dapat menentukan suatu
keputusan yang akan diambil.
2. Manfaat Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2009:195), kegunaan
analisis laporan keuangan ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Dapat memberikan informasi
yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan
biasa.
2. Dapat menggali informasi
yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan
keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit).
3. Dapat
mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4. Dapat
membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu
laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern maupun kaitannya dengan
informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
5. Mengetahui
sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori
yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan.
6. Dapat
memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan
perkataan lain yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan
analisis laporan keuangan juga antara lain:
a. Dapat
menilai prestasi perusahaan
b.
Dapat memproyeksi laporan perusahaan
c.
Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek
waktu tertentu:
1)
Posisi keuangan (Aset, Neraca, dan Ekuitas)
2) Hasil Usaha Perusahaan (Hasil
atau Beban)
3)
Likuiditas
4)
Solvabilitas
5)
Aktivitas
6)
Rentabilitas atau Profitabilitas
7)
Indikator Pasar Modal
d. Menilai
perkembangan dari waktu ke waktu
e. Menilai
komposisi struktur keuangan, arus dana
7. Dapat
menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang
sudah dikenal dalam dunia bisnis.
3. Tujuan Analisis
Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2011:68), tujuan dari
analisis laporan keuangan adalah:
1. Untuk
mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik aset,
kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa
periode.
2. Untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.
3. Untuk
mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
4. Untuk
mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan
berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
5. Untuk
melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau
tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
6. Dapat
juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang
mereka capai.
Menurut Munawir
(2010:31), tujuan analisis laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting
untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil
yang telah dicapai perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan
lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut
diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut
sehingga akan dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang
akan diambil.
4. Metode dan
Teknik Analisis Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010:36), ada dua
metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisis laporan keuangan, yaitu
analisis horisontal dan analisis vertikal. Analisis horisontal adalah analisis
dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau
beberapa saat sehingga akan diketahui perkembangannya. Analisis vertikal adalah
apabila laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu periode atau satu
saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara akun yang satu dengan akun yang
lain dalam laporan keuangan tersebut sehingga hanya akan diketahui keadaan
keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja.
Menurut Munawir (2010:36-37), teknik
analisis laporan keuangan terdiri dari :
1)
Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik analisis
dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih,
dengan menunjukkan:
a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah.
b.Kenaikan atau penurunan dalam jumlah
rupiah.
c. Kenaikan atau penurunan dalam
persentase.
d. Perbandingan
yang dinyatakan dalam rasio.
e. Persentase dalam total.
Analisis
dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui perubahan-perubahan yang
terjadi dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
2)
Trend atau tendensi atau posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam persentase (Trend Percentage Analysis), adalah suatu
metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya,
apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
3)
Laporan dengan persentase per komponen (Common Size Statement), adalah
suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing
aset terhadap total asetnya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan
komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
4)
Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisis untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui
sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
5)
Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash Flow Statement Analysis),
adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau
untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode
tertentu.
6)
Analisis Rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari
akun-akun tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi
dari kedua laporan tersebut.
7)
Analisis Perubahan Laba Kotor (Gross Profit Analysis), adalah suatu
analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan
dari suatu periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor dari suatu
periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.
8)
Analisis Break Even, adalah
suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu
perusahaan agar perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum
memperoleh keuntungan. Dengan analisis ini juga akan diketahui berbagai tingkat
keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.
Metode dan teknik analisis manapun yang
digunakan, kesemuanya itu merupakan permulaan dari proses analisis yang
diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan, dan setiap metode analisis
mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar data lebih dimengerti
sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak
yang membutuhkan.
5. Kelemahan Analisis Laporan
Keuangan
Menurut Harahap (2009:203), kelemahan analisis laporan
keuangan adalah :
1.
Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya
kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar kesimpulan dari analisis
itu tidak salah.
2.
Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk menilai suatu
laporan keuangan tidak cukup hanya angka-angka laporan keuangan. Kita juga
harus melihat aspek-aspek lainnya seperti tujuan perusahaan, situasi ekonomi,
situasi industri, gaya manajemen, budaya perusahaan dan budaya masyarakat.
3.
Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan kondisi
ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan.
Kinerja Perusahaan
Menurut Menteri Kuangan RI berdasarkan Keputusan No.
740/KMK. 00/1989 tanggal 28 Juni 1989, kinerja adalah prestasi yang dicapai
oleh perusahaan selama periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan
dari perusahaan tersebut. Pengukuran kinerja mempunyai tujuan
untuk mengukur kinerja bisnis dan manajemen dibandingkan dengan tujuan atas
sasaran perusahaan. Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:4),
informasi kinerja perusahaan, terutama profitablitas diperlukan untuk menilai
perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa
depan. Informasi fluktuasi kinerja ini adalah penting dalam hubungan ini.
Informasi kinerja keuangan bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan
dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. Di samping itu,
informasi tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan tentang
efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.
Menurut Mulyadi (2001:416), penilaian
kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu
organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan
kriteria yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk :
1. Mengelola operasi
organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara
maksimum.
2. Membantu pengambilan
keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti promosi, transfer dan
pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan
pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan
evaluasi program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan
umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja
mereka.
5. Menyediakan
suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja
perusahaan adalah prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan yang
menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan dengan tolak ukur berdasarkan
sasaran, standar atau kriteria tertentu pada periode tertentu.
Kinerja
Keuangan Perusahaan
Menurut Munawir (2010:30), kinerja keuangan perusahaan
merupakan satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan
yang dilakukan berdasarkan analisa terhadap rasio keuangan perusahaan. Pihak
yang berkepentingan sangat memerlukan hasil dari pengukuran kinerja keuangan
perusahaan untuk dapat melihat kondisi perusahaan dan tingkat keberhasilan
perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Menurut Sawir (2003:144),
dalam menilai kinerja keuangan yang menggunakan analisis rasio keuangan perlu
diketahui standar rasio keuangan tersebut. Menurut Yuwono, Sukarno, dan Ichsan
(2003:31), dengan adanya standar rasio keuangan, perusahaan dapat menentukan
apakah kinerja keuangannya baik atau tidak. Penilaian ini
dilakukan dengan membandingkan rasio keuangan yang diperoleh dengan standar
rasio keuangan yang ada. Pada umumnya, kinerja keuangan perusahaan
dikategorikan baik jika besarnya rasio keuangan perusahaan bernilai sama dengan
atau di atas standar rasio keuangan.
Menurut Munawir (2010:67), selain
membandingkan rasio keuangan dengan standar rasio, kinerja keuangan juga dapat
dinilai dengan membandingkan rasio keuangan tahun yang dinilai dengan rasio
keuangan pada tahun-tahun sebelumnya. Dengan membandingkan rasio keuangan pada
beberapa tahun penilaian dapat dilihat bagaimana kemajuan ataupun kemunduran
kinerja keuangan sesuai dengan kegunaan masing-masing rasio tersebut.
Menurut Munawir (2010:31), pengukuran kinerja keuangan
perusahaan mempunyai beberapa tujuan diantaranya :
1. Untuk mengetahui tingkat
likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya
yang harus segera dipenuhi pada saat ditagih.
2. Untuk mengetahui tingkat
solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya
apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
3. Untuk mengetahui tingkat
profitabilitas dan rentabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba selama periode tertentu yang dibandingkan dengan penggunaan aset atau
ekuitas secara produktif.
4. Untuk mengetahui tingkat
aktivitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalankan dan
mempertahankan usahanya agar tetap stabil, yang diukur dari kemampuan
perusahaan dalam membayar pokok utang dan beban bunga tepat waktu, serta pembayaran
dividen secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami kesulitan
atau krisis keuangan.
Analisis Rasio Keuangan
Menurut Harahap (2009:297), rasio keuangan merupakan angka
yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan
akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Menurut
Simamora (2002:357), analisis rasio merupakan cara penting untuk menyatakan
hubungan-hubungan yang bermakna diantara komponen-komponen dari laporan-laporan
keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu
dengan jumlah lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio yang akan
menjelaskan atau menggambarkan kepada penganalisa baik atau buruknya keadaan
posisi keuangan suatu perusahaan.
Menurut Margaretha (2004:22),
penganalisaan rasio keuangan ada beberapa cara, di antaranya :
a. Analisis horisontal/trend
analysis, yaitu membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari
tahun-tahun yang lalu dengan tujuan agar dapat dilihat trend dari rasio-rasio
perusahaan selama kurun waktu tertentu.
b. Analisis vertikal, yaitu
membandingkan data rasio keuangan perusahaan dengan rasio semacam dari
perusahaan lain yang sejenis atau standar industri untuk waktu yang sama.
Sedangkan menurut Riyanto (2010:329), dalam mengadakan
analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan 2 macam cara
pembandingan, yaitu :
a. Membandingkan rasio
sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu
(rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu
yang akan datang dari perusahaan yang sama. Dengan cara pembanding ini akan
dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun.
Kalau diketahui perubahan dari angka rasio tersebut maka dapatlah diambil
kesimpulan mengenai tendensi atau kecenderungan keadaan keuangan serta hasil
operasi perusahaan yang bersangkutan.
b. Membandingkan rasio-rasio dari suatu
perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri
(rasio industri/rasio standar) untuk waktu yang sama. Dengan cara ini
akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan dalam aspek keuangan
tertentu berada di atas rata-rata industri, berada pada rata-rata atau terletak
dibawah rata-rata industri.
Menurut Fahmi (2011:133), untuk dapat
menginterpretasikan hasil perhitungan rasio, maka diperlukan adanya pembanding.
Pada pokoknya ada dua cara yang dapat dilakukan dalam membandingkan rasio
keuangan perusahaan, yaitu:
1. Cross
sectional approach, merupakan suatu cara mengevaluasi dengan jalan
membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang
lainnya yang sejenis pada saat bersamaan.
2. Time
series analysis, merupakan suatu cara dengan membandingkan rasio-rasio
keuangan perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Pembanding antara
rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio pada masa lalu akan
memperhatikan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran.
Menurut Riyanto (2010:330), apabila
dilihat dari sumber darimana rasio ini dibuat, maka dapat digolongkan dalam 3
(tiga) golongan, yaitu:
1. Rasio
neraca (Balance Sheet Ratios), yang digolongkan dalam katagori ini
adalah semua data yag diambil dari atau bersumber dari neraca.
2. Rasio-rasio
laporan laba-rugi (Income Statement Ratios), yang tergolong dalam
katagori ini adalah semua data yang diambil dari laba-rugi.
3. Rasio-rasio
antar laporan (Interstatement Ratios), yang tergolong dalam katagori ini
adalah semua data yang diambil dari neraca dan laporan laba-rugi.
Menurut Riyanto (2010:331), umumnya
rasio dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) tipe dasar, yaitu :
1. Rasio
Likuiditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka pendeknya.
2. Rasio Leverage,
adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang.
3. Rasio
Aktivitas, adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan
sumber dananya.
4. Rasio
Profitabilitas, adalah rasio yang mengukur hasil akhir dari sejumlah
kebijaksanaan dan keputusan-keputusan.
Menurut Prihadi (2008:8), mengemukakan
beberapa hal penggunaan rasio keuangan dengan variasinya:
1. Setiap
peneliti berhak menentukan rasio yang digunakan.
2. Tidak
ada regulasi tentang penggunaan rasio tertentu.
3. Setiap
rasio mempunyai keterbatasan arti di samping kelebihannya.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan aspek rasio
likuiditas, leverage, aktivitas dan profitabilitas.
1. Rasio Likuiditas
Menurut Harahap (2009:301), rasio
likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Untuk dapat memenuhi kewajibannya yang
sewaktu-waktu ini, maka perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk membayar
yang berupa aset-aset lancar yang jumlahnya harus jauh lebih besar dari pada
kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar berupa kewajiban-kewajiban lancar.
Mengenai rasio-rasio likuiditas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto
(2010: 332), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut :
a. Rasio Lancar
(Current Ratio)
Rasio
ini merupakan perbandingan antara aset lancar dengan kewajiban lancar. Rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Aset
Lancar
Current Ratio =
------------------------
Kewajiban
Lancar
Rasio
ini merupakan cara untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajibannya, dengan pedoman 2:1 atau 200% ini adalah rasio minimum
yang akan dipertahankan oleh suatu perusahaan. Menurut Fahmi (2011:61), kondisi
perusahaan yang memiliki current ratio yang baik adalah dianggap sebagai
perusahaan yang baik dan bagus, namun jika current ratio terlalu tinggi
juga dianggap tidak baik karena dapat mengindikasikan adanya masalah seperti
jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan
sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over
investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar
yang tak tertagih.
b. Rasio Cepat (Quick
Ratio)
Rasio
ini merupakan perbandingan antara aset lancar dikurangi persediaan dengan
kewajiban lancar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Aset Lancar - Persediaan
Quick
Ratio =
--------------------------------------------
Kewajiban Lancar
Rasio
ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya
dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu
yang retaif lama untuk direalisir menjadi uang kas, walaupun kenyataannya
mungkin persediaannya lebih likuid dari pada piutang. Menurut Fahmi (2011:62),
apabila menggunakan rasio ini maka dapat dikatakan bahwa jika suatu perusahaan
mempunyai nilai quick ratio sebesar kurang dari 100% atau 1:1, hal ini
dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya.
2.
Rasio Leverage
Menurut Harahap (2009:306), rasio leverage merupakan
rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau pihak
luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh ekuitas. Setiap
penggunaan utang oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap rasio dan
pengembalian. Rasio ini dapat digunakan untuk melihat seberapa resiko keuangan
perusahaan. Mengenai rasio-rasio leverage sebagaimana yang diutarakan,
menurut Riyanto (2010: 333), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a. Rasio Hutang (Debt
Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara total kewajiban
dengan total aset. Rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut :
Total Kewajiban
Debt
Ratio = -------------------------
Total Aset
Rasio
ini menunjukkan sejauh mana kewajiban dapat ditutupi oleh aset. Menurut Fahmi
(2011:63), semakin rendah rasio ini semakin baik karena aman bagi kreditor saat
likuidasi.
b. Time Interest Earned
Rasio
ini merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak atau laba
operasi (EBIT) dengan beban bunga. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
EBIT
Time
Interest Earned = ------------------------
Beban Bunga
Rasio
ini menunjukkan sejauh mana besarnya jaminan keuntungan sebelum bunga dan pajak
atau laba operasi (EBIT) untuk membayar beban bunganya. Menurut Fahmi
(2011:63), semakin tinggi rasio semakin baik karena perusahaan dianggap mampu
untuk membayar beban bunga periode tertentu dengan jaminan laba operasi yang
diperolehnya pada periode tertentu.
3. Rasio Aktivitas
Menurut Harahap (2009:308), rasio aktivitas menggambarkan
aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam
kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. Rasio ini dinyatakan
sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai elemen aset. Elemen aset sebagai
pengguna dana seharusnya bisa dikendalikan agar bisa dimanfaatkan secara
optimal. Semakin efektif dalam memanfaatkan dana semakin cepat perputaran dana
tersebut, karena rasio aktivitas umunya diukur dari perputaran masing-masing
elemen aset. Mengenai rasio-rasio aktivitas sebagaimana yang diutarakan,
menurut Riyanto (2010: 334), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Rasio ini merupakan perbandingan antara
harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Harga Pokok Penjualan
Inventory
Turnover = --------------------------------
Rata-rata persediaan
Rasio
ini menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus persediaan
normal. Menurut Harahap (2009:308), semakin besar rasio ini semakin baik karena
dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat.
b.
Rata-Rata Periode Pengumpulan Piutang (Day’s Sales Outstanding)
Rasio ini merupakan perbandingan antara piutang dengan
penjualan dibagi jumlah hari dalam setahun. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Piutang
Day’s Sales Outstanding =
----------------------------------
Penjualan
/ 360 hari
Rasio ini mengukur waktu rata-rata yang diperlukan untuk
mengumpulkan piutang dari penjualan. Menurut Munawir (2010:76), kalau rata-rata
periode pengumpulan piutang lebih dari 60 hari menunjukkan perusahaan tersebut
kurang baik, terutama bagian penagihan, sehingga tidak mampu menagih piutang
pada saatnya, atau perusahaan tersebut telah memberikan syarat-syarat kredit
yang terlalu lunak pada langganannya. Di samping itu semakin besar rasio ini
bagi suatu perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya
piutang.
c.
Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover)
Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan
total aset. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Penjualan
Total
Asset Turnover = ------------------------
Total Aset
Rasio
ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan
berdasarkan aset yang dimiliki perusahaan. Menurut Harahap (2009:309), semakin
besar rasio ini semakin baik karena perusahaan tersebut dianggap efektif dalam
mengelola asetnya.
4. Rasio Profitabilitas
Menurut Harahap (2009:309), rasio profitabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya,
dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan,
jumlah cabang dan sebagainya. Mengenai rasio-rasio profitabilitas sebagaimana
yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 335), dapat dilihat pada uraian sebagai
berikut:
a.
Margin Keuntungan (Profit Margin)
Rasio ini merupakan perbandingan antara
laba bersih dengan penjualan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Laba
Bersih
Profit Margin = ------------------
Penjualan
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan
bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Menurut Harahap (2009:304),
semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba.
b.
Tingkat Pengembalian Aset (Return On Assets)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih
dengan total aset. Rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Laba Bersih
Return
On Assets = ----------------------
Total Aset
Rasio
ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari
nilai asetnya. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya semakin bagus
karena perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan aset yang dimilikinya secara
efektif untuk menghasilkan laba.
c.
Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih
dengan ekuitas. Rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Laba Bersih
Return On Equity =
--------------------
Ekuitas
Rasio ini mengukur berapa persen diperoleh laba bersih
bila diukur dari modal pemilik. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar
rasionya semakin bagus karena dianggap kemampuan perusahaan yang efektif dalam
menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan laba.
5. Analisis Du Pont
Menurut Syamsudin (2000:64), analisis Du
Pont adalah ROA yang dihasilkan melalui pekalian antara keuntungan dari
komponen-komponen sales serta efisiensi penggunaan total aset di dalam
menghasilkan keuntungan tersebut. Sedangkan pendapat Sutrisno (2001:256),
analisis Du Pont adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengontrol
perubahan dalam rasio aktivitas dan net profit margin dan seberapa besar
pengaruhnya terhadap ROA.
Menurut Syafarudin (2003:128), analisis
Du Pont penting bagi manajer untuk mengetahui faktor mana yang paling
kuat pengaruhnya antara profit margin dan total asset turnover
terhadap ROA. Disamping itu dengan menggunakan analisis ini, pengendalian beban
dapat diukur dan efisiensi perputaran aset sebagai akibat turun naiknya
penjualan dapat diukur. Menurut Soediyono (2001:137), yang dapat diuraikan
dengan menggunakan analisis Du Pont adalah ROA (Return On Assets)
yang merupakan angka pembanding atau rasio antara laba yang diperoleh
perusahaan dengan besarnya total aset perusahaan.
Persamaan Du Pont (Du Pont equation)
menurut Gitman (2003, hal 147):
ROA = Profit Margin
x Total Assets Turnover
Laba
Bersih
Penjualan
ROA =
------------------- x ------------------
Penjualan
Total Aset
Laba Bersih
ROA = -------------------
Total Aset
Berdasarkan keterangan diatas dapat
disimpulkan bahwa analisis Du Pont merupakan analisis yang digunakan
untuk mengontrol perubahan dalam aktivitas rasio dan marjin laba, serta sejauh
mana pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian (rate of return).
Sistematika kerja analisis Du Pont ini adalah dengan menguraikan ROA
yang merupakan angka banding atau rasio, antara laba yang diperoleh perusahaan
(Marjin laba bersih) dengan besarnya total aset perusahaan. Melalui persamaan Du
Pont dapat dilihat bahwa ROA diperoleh dengan mengalikan marjin laba bersih
dan perputaran total aset. Perputaran total aset diperoleh dari hasil bagi
antara hasil penjualan dengan jumlah aset, sedangkan marjin laba bersih
merupakan hasil bagi antara laba bersih dengan hasil penjualan. Laba bersih
merupakan hasil dari penjualan dikurangi beban-beban.
Menurut Munawir (2010:91-92), adapun
keunggulan analisis Du Pont antara lain:
1. Sebagai
salah satu teknik analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan manajemen bisa
mengetahui tingkat efisiensi pendayagunaan aset.
2. Dapat
membandingkan efisiensi penggunaan ekuitas pada perusahaannya dengan perusahaan
lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada di
bawah, sama, atau di atas rata-ratanya.
3. Dapat
digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
divisi/bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua beban dan ekuitas ke dalam bagian
yang bersangkutan.
4. Dapat
digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang
dihasilkan oleh perusahaan.
5. Dapat
digunakan untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk keperluan perencanaan.
Menurut Munawir (2010:92-93), adapun
kelemahan dari analisis Du Pont adalah :
1. ROI
suatu perusahaan sulit dibandingkan dengan ROA perusahaan lain yang sejenis,
karena adanya perbedaan praktek akutansi yang digunakan.
2. Kelemahan
lain dari teknik analisa ini adalah terletak pada adanya fluktuasi nilai dari
uang (daya belinya).
3. Dengan
menggunakan ROA saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan
antara dua permasalahan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang
memuaskan.
6. Analisis Perbandingan
Menurut Harahap (2009:227), analisis
perbandingan adalah teknik analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara
menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan membandingkan antara
satu dengan yang lain, dengan menunjukkan informasi keuangan atau data lainnya
baik dalam rupiah atau dalam unit. Teknik perbandingan ini juga dapat
menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam rupiah atau unit dan juga dalam
persentase atau perbandingan dalam bentuk angka perbandingan atau rasio. Tujuan
analisis perbandingan ini adalah untuk mengetahui perubahan-perubahan berupa
kenaikan atau penurunan akun-akun laporan keuangan atau data lainnya dalam dua
atau lebih periode yang dibandingkan.
Menurut Kasmir (2011:104), rasio
keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan
keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan
dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen yang ada di antara laporan
keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam
satu periode maupun beberapa periode.
Menurut Harahap (2009:227-228), dalam
melakukan analisis laporan keuangan teknik perbandingan ini, kita dapat
membandingkannya dengan angka-angka laporan keuangan tahun lalu, angka laporan
keuangan perusahaan sejenis, rasio rata-rata industri, dan rasio normatif
sebagai standar perbandingan (yardstick). Perbandingan antarpos laporan
keuangan dapat dilakukan melalui:
1. Perbandingan
dalam dua atau beberapa tahun (horisontal) misalnya laporan keuangan tahun
1993, dibandingkan dengan laporan keuangan tahun 1994. Perbandingan antara
tahun 1996, 1995, 1994, dan seterusnya.
2. Perbandingan
dengan perusahaan yang dianggap terbaik.
3. Perbandingan
dengan angka-angka standar industri yang berlaku (industrial norm). Di Indonesia
standar ini belum ada tetapi di USA beberapa perusahaan mengkhususkan diri
mensupply informasi rasio ini misalnya Moody’s, Standar & Poor dan
lain-lain.
4. Perbandingan
dengan budget (anggaran).
5. Perbandingan
dengan bagian, divisi, atau seksi yang ada dalam suatu perusahaan
0 komentar:
Posting Komentar